Segala puji bagi Allah atas segala nikmat-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi, keluarga, dan para sahabatnya.
“Islam menyebar dengan Pedang”. Nada sinis ini selalu didengungkan bangsa barat sejak dulu sampai sekarang. Di antara ungkapan yang selalu mereka suarakan adalah, “Orang Islam wajib menyatakan permusuhan kepada orang-orang non-Muslim yang dia temui dimana saja. Karena memerangi non-Muslim merupakan titah agama.”
“ Yang pasti, Islam tidak akan meraih kesuksesan, keuali jika mereka sengaja melancarkan peperangan.”
“Pedang Islam telah menundukkan bangsa demi bangsa di Afrika dan Asia.”
Kutipan diatas merupakan ucapan-ucapan orang barat yang dilontarkan terhadap orang Muslim.
“Islam menyebar dengan pedang” merupakan gambaran buruk mengenai diri kita. Padahal, sebenarnya ada pada diri mereka sendiri. Gambaran buruk tersebut tidak lain hanyalah tipudaya tak berperasaan. Intinya seseorang melemparkan aib, kekurangan, ambisi jahat, dan ketakutan tersembunyi yang tidak diakuinya kepada orang lain. Hal itu dilakukan demi membersihkan dirinya dan menutupi rasa malu, kegelisahan, kekurangan atau rasa berdosa.
Dalam buku al-Amtsal, bab Ta’yir al-Insan Shahibahu bi Aibin Huwafihi (Seseorang menghina Sahabatnya dengan aib yang sebenarnya ada pada dirinya sendiri), al-Ashmu’I menuturkan, “ mereka ini seperti ungkapan, ‘Dia menuduhku penyakit dan menyelinap pergi’.”
Tudingan tersebut jelas merupakan gambaran lalim yang dilukis secara detail dengan tujuan mencemarkan nama baik kita. Gambaran itu dipoles sedemikian rupa oleh para orientalis, misionaris, dan imperialis. “Percikan bunga api yang membakar jiwa bangsa barat yang menerbangkan mereka menuju peradaban masa kini, pertama kali berasal dari bara yang mereka sulut sendiri, yang sinarnya memancar dari Andalusia dan sekitarnya.” Hal ini seperti dituturkan oleh Putra Mahkota Inggris, Pangeran Charles.
Lord Headley (Syekh Frauq), seorang Muslim Inggris memaparkan, “ Sesungguhnya para penghias dan perajut kebohongan ini tidak belajar dan tidak tau, bahkan prinsip=prinsip dasar agama sekalipun. Jika mereka mau belajar, tentunya mereka bias menyebarkan beberapa pernyataan ke segenap penjuru dunia bahwa tuduhan-tuduhan itu hanyalah dusta dan sesuatu yang dibuat-buat mereka.”
Nietzsche pernah mengatakan yang sebenarnya tentang kebohongan para tokoh agama Barat, “Mereka tidak hanya salah dalam setiap kalimat yang mereka ucapkan. Lebih dari itu, mereka dusta. Artinya, mereka bebas berdusta tanpa merasa dosa atau beralasan ketidaktahuan.”
Oleh karenanya, seorang ilmuwan Inggris, John Devenport, menulis buku berjudul an Apology for Muhammad and the Koran (Permohonan Maaf kepada Muhammad dan al-Qur’an). Dalam buku itu, dia meminta maaf atas gambaran dan vonis yang berkembang luas di Barat seputar Islam dan Nabi Muhammad.
Pembebasan adalah suatu hal, dan penyabaran Islam dalam hal lain. Prinsip-prinsip Islam adalah suatu hal yang mutlak ditawarkan. Namun tidak bersifat memaksa.
“Tidak ada paksaan dalam menganut agama (Islam)…,” (QS. Al-Baqarah [2]: 2556)
katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir" (QS. Al-Kahfi : 29)
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (QS, 10:99)
Dan janganlah kamu berbahas dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali orang-orang yang berlaku zalim di antara mereka dan katakanlah (kepada mereka): "Kami beriman kepada (Al-Quran) yang diturunkan kepada kami dan kepada (Taurat dan Injil) yang diturunkan kepada kamu dan Tuhan kami, juga Tuhan kamu, adalah Satu dan kepadaNyalah kami patuh dengan berserah diri." (QS. Al-Ankabut ayat 46)
Katakanlah: Turutilah olehmu perintah Allah dan turutilah perintah Rasul. Tetapi jika kamu masih berpaling juga, namun Rasul hanyalah semata-mata melaksanaklan tugas yang di bebankan kepadanya, dan kewajiban kamu pun adalah melaksanakan pula tugas yang dipikulkan kepada kamu. Tetapi jika kamu patuhi dia, niscaya kamu akan mendapat petunjuk. Dan kewajiban Rasul tiada lain hanyalah semata-mata menyampaikan dengan sejelas-jelasnya. (QS. An Nur ayat 54)
Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). (QS Asy-Syura ayat 48)
Firman-firman Allah diatas, secara tegas menyatakan, pertama, mendeklarasikan kemerdekaan penuh dalam memeluk sebuah keyakinan. Kedua, bahwa kebenaran hakiki harus dipertegas dengan bukti yang kuat. Dan ketiga, interaksi dengan orang lain tidak boleh dinodai dengan permusuhan. Dari sini terdapat variasi rajutan religiositas di dalam Islam. Islam memberikan kesempatan selebar-lebarnya bagi agama Nasrani, Yahudi, Majusi, Shabi’ah, dan Hindu untuk mengekspresikn jati dirinya; mengatakan apa saja yang ingin dikatakan; serta memiliki segenap unsur eksistensi diri, menetap dan mengembangkan diri dalam komunitas Islam yang sama sekali tidak melakukan penyitaan, pemaksaan, dan penafian keyakinan orang lain.
Kemanusiaan berdasarkan Islam mengakui perbedaan antarkelompok, suku, dan bangsa. Akan tetapi, pada waktu bersamaan, Islam berusaha menyatukan perbedaan itu dalam ranah kemanusiaan.
Seandainya pembebasan wilayah yang dilakukan Islam, pastinya Khulafaur Rsyidin akan memerintahkan bala tentaranya untk membunuh para pendeta dan rabi. Namun sebaliknya, para khalifah itu justru melarang mereka melakukan hal tersebut. Wasiat Abu Bakar yang akan disampaikan di halaman berikutnya merpakan bukti yang paling konkrit. Ketika kita melihat orang non-Mulim berada di tengah masyarakat Islam, dia masih tetap bias berada dalam keyakinannya. Keyakinan, harta, dan rumah ibadah mereka akan tetap terlindungi dengan baik. Jaminan yang diberikan Umar bin Khattab memperjelas hal itu dengan gamblang. Mengenai masakah ini juga akan diuraikan pada pembahasan tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar