Nabi
Muhammad tidak pernah memulai peperangan. Beliau berangkat ke Badar dengan
kekuatan pasukan kecil (313 orang) untuk mengambil alih kafilah (rombongan)
dagang Quraisy. Sebab, harta benda kaum Muslimin yang berhijrah ke Madinah berada di tangan
kafilah dagang tersebut. Selanjutnya, pasukan kafir Quraisy berangkat untuk
menyerang dengan jumlah peasukan 950 orang. Pasukan Quraisy ini pula yang
berangkat ke Uhud dan Khandaq. Ketika kafir Quraisy melanggar butir-butir
perjanjian Hudaibiyah dan Nabi Muhammad hendak memasuki kota Mekkah, beliau
sangatberhati-hati agar tidak ada nyawa yang menjadi korban atau darah yang
tumpah dari kedua belah pihak. Untuk itu, beliau memerintahkan para panglima
dan pesukannya, “Janganlah ada yang membunuh seorang pun, kecuali orang yang
menyerang mereka”.
Kita bias melihat dalam beberapa
penakhlukan wilayah yang dilakukan Islam di tiga benua bahwa pada kenyataannya
tidak ada pemaksaan keyakinan disana. Dalam sebuah surat yang dikirim pada
Simon, Uskup Agung Persia, Joshia Puff III mengatakan, “ Sungguh orang Arab,
yang telah dianugrahi kekuasaan dunia oleh Tuhan, menyaksikan apa yang kalian. Namun
demikian, karena tidak memerangi keyakinan Nasrani. Sebaliknya, mereka justru
menghormati agama Nasrani. Sebaliknya, mereka justru menghormati agama kita,
memuliakan pendeta dan roh kudus. Mereka juga bermurah hati kepda gereja dan
rumah ibadah.”
Sir
Thimas Arnold mengomentari surat ini seraya mengatakan, “Surat ini merupakan
bukti kenyataan mengenai ciri ketenangan dan kedamaian dalam menyebarkan agama
baru ini.”
Laura
Vichea Vgleri, seorang orientalis asal Italia menuturkan tentang keindahan
penyebaran Islam, “Kekuatan aneh apa yang terpendam dalam agama (Islam) ini? Kekuatan
internal persuasive apa yang melebur didalamnya? Bagaimana bias hati manusia
mampu menerima agama (Islam) ini.”
Le
Comte Henry de’ Castries memberi gambaran kaum Muslimin melalui perkataannya, “Mereka
tidak membunuh umat yang menolak masuk Islam
dengan kilatan pedang, tidak pula dengan lidah. Akan tetapi, Islam masuk
kedalam hati dengan penuh kerinduan dan pilihan. Hal seperti itu lebih
disebabkan oleh pengaruh Al-Qur’an dan penggunaan logika yang tepat.”
Lantas,
siapa sebenarnya yang menuding kita telah memaksa orang- orang untuk
menumpahkan darah, melancarkan peperangan, dan mengadakan pembantaian, dengan
slogan “masuk Islam atau mati”? Lalu bagaimanakah Aqidah Islam tersebar?
Jawaban pernyataan tersebut akan diuraikan lebih lanjut pada halaman
berikutnya.
Kita
perlu mengingat kembali tentang Inkuisisidi Spanyol yang dibentuk atas prakarsa
Paus pada November 1478 M. inkuisisi ini berdampak pahit dan sangat
menyedihkan. Tujuan pertama dan terakhir mereka adalah menghalangi kebebasan berkeyakinan.
Kaum Muslimin diKristenkan dibawah pengwasan langsung Gereja. Padahal sudah ada
beberapa perjanjian yang dilakukan orang-orang Spanyol terhadap perjanjian
tertulis yang mereka buat sendiri, kaum Muslimin justru dituduh menjalin
hubungan dengan Maroko, Kairo, dan Konstantinopel. Sejak tahun itulah dilakukan
pembunuhan dan pembinasan terhadap kaum Muslimin tanpa belas kasihan sama
sekali. Pada tanggal 29 Juli 1501, dua Raja Katholik, Ferdinand dan Isabela mengeluarkan
perintah yang intinya, ketika Tuhan telah memilih keduanya untuk membersihkan
gereja Granada dari kekafiran, maka tidek boleh ada orang Islam disana. Siapapun
yang melanggar hukuman akan dijatuhi hukuman mati atau hartanya dirampas.
Bersambung.......... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar