Sabtu, 01 Agustus 2015

NEW HEART


♥♥JAGAD RAYA♥♥

Rasa rindu ini tidak membuat tekad ku memudar dalam mencapai tujuan mulia ini. Selama bertahun-tahun aku menantikan momen ini bisa tercapai dan bernilai indah. Terlalu dini untuk menyebutkan hal ini merupakan angan-angan belaka. Terlalu gegabah mengganggap bahwa hal ini merupakan mimpi yang tak bisa dilebur ke dalam senyawa kehidupan. Aku tak menginginkan metafisika ini menyerupai peredaran yang tidak beratur. Akan tetapi melebur ke dalam wadah penantian kesabaran. Yah, semua orang menginginkan apapun keinginannya terwujud dalam bentuk keseimbangan. Gerak beraturan dalam lintas porosnya, mengelilingi kabut tebal nan menyesatkan, menerobos celah celah bebatuan, berdentum dengan gumpalan yang menyesakkan. Akan tetapi, tidak membuat patah harapan. Meskipun semua terlalui dengan jeritan, jahitan, dan jerih payah. Tidak akan menyurutkan bumi untuk menaungi elemen tersakral. Kehidupan jingga yang menyusup dikala senja menertawainya. Disayangkan ia merayap dalam sunyi, berlinang sepi. Tak pula mampu menyingkap tabir elok bertumpu pada kertas buram. Bukan, semua menikmati prosesnya. Alam ini bersahabat dengan kawannya. Matahari pun bersedia di ikat oleh bumi, di kelilingi oleh tarian bumi. Tak ada kejenuhan padanya. Tersirat senyum yang dipenuhi oleh makna. Tanpa berkata, “aku tak ingin bersamamu terus.”

Pertemuan meragu yang berubah mejadi sebuah kepercayaan. Merangkul semua elemen esensial nyata. Tak bertaut pada lingkaran biru. Mengalir dalam senyuman indah, berpuas pada seonggok bunga nan menipu. Kau bodoh, mengapa kau membiarkan daun kering itu melapisi segumpal darahmu. Tanpa ada neraca berjalan. Kau membiarkan darahmu tertumpah dalam genggaman bunga. Kau putuskan serangan itu dengan anggun, menumbuhkan simbiosis mutualisme. Namun, kau juga memelihara satu simbiosis, itulah aku. Aku adalah simbiosis parasitisme. Yang siap menerkam dan menerjang setiap santapan pagi dan senja. Ya, aku senang dengan pagi, di kala mentari pagi menyinari, aku meluapkan segalanya. Menusuk jari jari setiap lingkaran. Aku senang dengan senja, merangkul kepahitan dalam tikaman yang pasti. Menaiki tahta suci, lalu mengotorinya. Sangat menjijikkan. Konteks telah berubah dengan cepat. Alam tidak menginginkan aku. Tujuan itu hanya angan-angan belaka. Mulia dalam penantian kosong. Menunggu kompas agar berubah haluan. Menunjukkan apa yang aku nantikan selama ini. Karna aku tak bisa menopang semua kekesalan jagad raya ini dalam satu genggaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar